Analisis Gaya Bahasa Puisi Sajak Putih Karya Chairil Anwar - Puisi memiliki untaian kata yang indah, disetiap barisnya memiliki makna tersendiri, ketika sedang membaca puisi kita menjadi ikut merasakan apa yang penulis rasakan di puisi tersebut. namum bagaimana kita bisa tau makna dari puisi? ada berbagai puisi zaman dahulu yang sulit sekali dimengerti maknanya. berikut ini, saya akan memberikan analisis gaya bahasa yang terdapat pada puisi sajak putih karya Chairil Anwar.
Analisis Gaya Bahasa Puisi Sajak Putih Karya Chairil Anwar
SAJAK PUTIH
Karya: Chairil Anwar
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah..
Analisis Gaya Bahasa pada Puisi Sajak Putih karya Chairil Anwar
1. Gaya Bahasa Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Personifikasi mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Gaya bahasa personifikasi pada puisi di atas adalah:
a. Bersandar pada tari warna pelangi
Penyair menggambarkan seolah-olah pelangi adalah benda hidup seperti manusia yang bisa untuk bersandar padahal pelangi berada di atas langit dan hanya akan muncul ketika hujan yang disertai panas.
Maknanya adalah sang penyair menggambarkan seorang gadis yang sedang bersandar pada pelangi di sore hari. Yang tampak indah dan memikat hati keindahan pancaran warna pelangi.
b. Kau depanku bertudung sutra senja
Penyair menggambarkan seolah-olah kata senja sore hari dapat digunakan untuk melindungi gadis itu padahal senja adalah suasana sore ketika akan terbenamnya matahari.
Maknanya adalah sang penyair menggambarkan tokoh aku dihadapannya ada sesosok gadis yang disinari pelangi senja, germelap sinar pelangi yang indah dan menawan menyelimuti si gadis.
c. Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Kata sepi menyanyi merupakan personifikasinya karena kata sepi berarti suasana jadi kata sepi tidak akan bisa menyanyi layaknya seorang manusia.
Maknanya adalah mereka berdua yaitu tokoh aku dan seorang gadis berdiam diri beribu bahasa, suasana yang begitu sunyi senyap seperti keheninggan malam.
Mereka berdua tidak berkata-kata, suasana begitu khusuk seperti waktu malam untuk mendoa tiba. Dalam keadaan diam itu, jiwa si akulah yang berteriak seperti air kolam kena angin.
2. Gaya Bahasa Repetisi
Gaya bahasa repetisi adalah pengulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dalam hal ini, hanya akan dibicarakan repetisi yang berbentuk kata atau frasa atau klausa. Karna nilainya dianggap tinggi, maka dalam oratori timbullah bermacam-macam fariasi repetisi.
Dalam puisi diatas mengandung repetisi:
a. Repetisi mesodiplosis
Repetisi mesodiplosis adalah pengulangan di tengah-tengah baris atau kalimat yang berurutan.
Gaya bahasa repetisi mesodiplosis pada puisi di atas adalah:
- Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Mesodiplosis pada puisi itu adalah pada kata dihitam matamu dan harum rambutmu. Pada kata –mu merupakan kata pengulangan yang berada di tengah-tengah garis suatu kalimat.
Maknanya adalah tokoh aku melihat gadis yang memiliki mata indah dan memikat. Bunga mawar menggambarkan sebagai sebuah cinta dan bunga melati menggambarkan sebagai kesucian atau ketulusan.
b. Repetisi epizeuksis
Repetisi epizeuksis adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.
Gaya bahasa repetisi epizeuksis pada puisi di atas adalah:
- Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Kata hidup dari hidupku merupakan pengulangan langsung. Maknanya adalah si tokoh aku masih mengaharap gadis itu tetap mencintainya.
c. Repetisi anafora
Repetisi anafora dalah repetisi yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kata berikutnya.
Gaya bahasa repetisi anafora yang terdapat pada puisi di atas adalah:
- Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Yang merupakan repetisi anafora adalah kata selama matamu dan selama kau karena kata tersebut mengulang setelah kalimat berikutnya.
Maknanya adalah walaupun dengan keterdiaman seorang gadis itu, tetapi selama gadis itu masih menatap atau melihat si tokoh aku maka si tokoh aku masih beranggapan bahwa gadis itu maish mencintainya dan si tokoh aku masih merasakan aliran perasaan itu.
3. Gaya Bahasa Anatonomasia
Gaya bahasa anatonomasia adalah sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar resmi atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Gaya bahasa anatonomasia puisi di atas adalah:
a. Kau depanku bertudung sutra senja
Kalimat ini di katakan sebagai anatonomasia karena kata Kau merupakan penggunaan untuk menggantikan nama dari seorang gadis itu.
Maknanya adalah sang penyair menggambarkan tokoh aku dihadapannya ada sesosok gadis yang disinari pelangi senja, germelap sinar pelangi yang indah dan menawan menyelimuti si gadis.
4. Gaya Bahasa Metafora
Gaya bahasa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat, metafora sebagai perbandingan langsung tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua.
Gaya bahasa metafora pada puisi di atas adalah:
a. Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Metaforanya terdapat pada kata mawar dan melati karena membandingkan secara langsung jenis bunga yaitu mawar dan melati.
Maknanya adalah tokoh aku melihat dan mengagumi mata gadis itu seolah seperti bunga mawar yang berarti kecantikan abadi dan bunga melati yang berarti ketulusan yang dimiliki seorang gadis itu.
5. Gaya Bahasa Hiperbola
Gaya bahasa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal.
Gaya bahasa hiperbola pada puisi di atas adalah:
a. Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Pada kata rambutmu mengalun bergelut senda dimasukkan ke dalam majas hiperbola karena tidak mungkin rambut yang terurai akan bergelut dengn angin. Penyair hanya melebih-lebihkan seolah harum rambutnya sampai bisa bergelut dengan angin.
6. Gaya Bahasa Aliterasi
Gaya bahasa aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Gaya bahasa aliterasi yang terdapat pada puisi di atas adalah:
a. Dan dalam dadaku memerdu lagu
Kalimat ini dikatakan sebagai aliterasi karena bentuk perulangan konsonan yang sama pada huruf D yaitu Dan dalam dadaku memerdu lagu.
Maknanya adalah tokoh aku selalu merasa berdebar-debar ketika berhadapan dengan gadis cantik itu.